Monday, 11 January 2016

Al-Farabi sebagai Filsuf dan Seniman

Sebagai seorang filsuf, Al-Farabi menyatakan pendapatnya tentang dasar-dasar filsafat. Bagi Al-Farabi filsafat itu harus dapat menciptakan sebuah kesatuan. Karena intinya adalah satu yaitu mencari kebenaran. Dengan demikian filsafat Plato dan Aristoteles pun tidak jauh berbeda, hanya cara mereka mengungkapkan sajalah yang berbeda tapi tujuannya adalah satu, yaitu mencari kebenaran

Ajaran-ajaran filsfuf terdahulu juga tidak jauh berbeda bahkan ada sebagian yang sesuai dengan tuntunan wahyu. Tidak ada satupun pemikiran filsuf yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Bahkan ketika membahas tentang Teologi Aristoteles, Al-Farabi berusaha untuk mendekatkan ajaran Neo-Platonis dengan ajaran Islam.

Al-Farabi juga sangat berbakat dalam bidang kesenian, khususnya bidang musik, bahkan dia juga pernah menjadi pemusik handal. Ibn Khallikan pernah bercerita mengenai talenta Al-Farabi dalam bidang musik. Diceritakan bahwa, pada suatu hari Saif Al-Dawlah meminta kepada para ulama memberi kesempatan kepada beliau untuk berdialog denga Al-Farabi. Saif Al-Dawlah bertanya kepadanya (Al-Farabi) : “Apakah Engkau ingin menikmati makanan ?” “Tidak”, jawab Al-Farabi. “Apakah Engkau ingin menikmati minuman?” “Tidak”, jawabnya lagi. “Apakah Engkau ingin mendengar musik ?” “Ya”, jawabnya. Kemudian Saif Al-Dawlah mengundang para pemusik dan menyuruh mereka untuk mempersiapkan segala peralatannya dan meminta kepada mereka untuk memperagakan permainan musik mereka sambil mendendangkan sebuah lagu. Ketika para pemusik itu sedang asyik memainkan peralatannya dan memertunujukkan keahliannya, dengan kejeliannya Al-Farabi menemukan kesalahan yang mereka buat dalam bermusik. Setelah pertunjukkan usai Al-Farabi mengatakan “Anda telah melakukan kesalahan dalam bermusik”, Saif Al-Dawlah terkejut mendengar perkataan Al-Farabi itu, kemudian ia bertanya kepadanya “Hai Al-Farabi, apakah engkau mengerti tentang musik ?” “Ya, saya mengerti.” Jawab Al-Farabi. Al-Farabi langsung mengeluarkan ‘idan, alat musik yang berbentuk seperti buluh, dari dalam tas yang selalu dibawanya ke mana-mana lalu memainkannya. Semua yang hadir tertawa terbahak-bahak melihat caranya memainkan alat musik tersebut sangat lucu. Kemudian dia mengeluarkan potongan ‘idan lain dan memainkannya sedemikian rupa. Semua yang hadir teriak-teriak kegirangan. Tak lama kemudian Al-Farabi mengeluarkan ‘idan lain dan bermain kembali dengan pose dan irama yag berbeda dari yang pertama dan kedua. Semua yang hadir mengantuk, bahkan, penjaga pintu gerbang istana tertidur sehingga dia tidak tahu bahwa Al-Farabi telah beranjak meinggalkan ruangan.

Baca Biografi Singkat Al-Farabi

Referensi : Imam Sukardi, Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi), Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2005

No comments:

Post a Comment