Sebagai seorang filsuf, Al-Farabi menyatakan
pendapatnya tentang dasar-dasar filsafat. Bagi Al-Farabi filsafat itu harus
dapat menciptakan sebuah kesatuan. Karena intinya adalah satu yaitu mencari
kebenaran. Dengan demikian filsafat Plato dan Aristoteles pun tidak jauh
berbeda, hanya cara mereka mengungkapkan sajalah yang berbeda tapi tujuannya
adalah satu, yaitu mencari kebenaran
Ajaran-ajaran filsfuf terdahulu juga tidak jauh
berbeda bahkan ada sebagian yang sesuai dengan tuntunan wahyu. Tidak ada
satupun pemikiran filsuf yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Bahkan
ketika membahas tentang Teologi Aristoteles, Al-Farabi berusaha untuk
mendekatkan ajaran Neo-Platonis dengan ajaran Islam.
Al-Farabi juga sangat berbakat dalam bidang kesenian,
khususnya bidang musik, bahkan dia juga pernah menjadi pemusik handal. Ibn
Khallikan pernah bercerita mengenai talenta Al-Farabi dalam bidang musik.
Diceritakan bahwa, pada suatu hari Saif Al-Dawlah meminta kepada para ulama
memberi kesempatan kepada beliau untuk berdialog denga Al-Farabi. Saif
Al-Dawlah bertanya kepadanya (Al-Farabi) : “Apakah Engkau ingin menikmati
makanan ?” “Tidak”, jawab Al-Farabi. “Apakah Engkau ingin menikmati minuman?”
“Tidak”, jawabnya lagi. “Apakah Engkau ingin mendengar musik ?” “Ya”, jawabnya.
Kemudian Saif Al-Dawlah mengundang para pemusik dan menyuruh mereka untuk
mempersiapkan segala peralatannya dan meminta kepada mereka untuk memperagakan
permainan musik mereka sambil mendendangkan sebuah lagu. Ketika para pemusik
itu sedang asyik memainkan peralatannya dan memertunujukkan keahliannya, dengan
kejeliannya Al-Farabi menemukan kesalahan yang mereka buat dalam bermusik.
Setelah pertunjukkan usai Al-Farabi mengatakan “Anda telah melakukan kesalahan
dalam bermusik”, Saif Al-Dawlah terkejut mendengar perkataan Al-Farabi itu,
kemudian ia bertanya kepadanya “Hai Al-Farabi, apakah engkau mengerti tentang
musik ?” “Ya, saya mengerti.” Jawab Al-Farabi. Al-Farabi langsung mengeluarkan ‘idan, alat musik yang berbentuk seperti
buluh, dari dalam tas yang selalu dibawanya ke mana-mana lalu memainkannya.
Semua yang hadir tertawa terbahak-bahak melihat caranya memainkan alat musik
tersebut sangat lucu. Kemudian dia mengeluarkan potongan ‘idan lain dan memainkannya sedemikian rupa. Semua yang hadir
teriak-teriak kegirangan. Tak lama kemudian Al-Farabi mengeluarkan ‘idan lain dan bermain kembali dengan
pose dan irama yag berbeda dari yang pertama dan kedua. Semua yang hadir
mengantuk, bahkan, penjaga pintu gerbang istana tertidur sehingga dia tidak
tahu bahwa Al-Farabi telah beranjak meinggalkan ruangan.
Baca Biografi Singkat Al-Farabi
Baca Biografi Singkat Al-Farabi
Referensi : Imam Sukardi, Puncak Kebahagiaan (Al-Farabi), Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2005
No comments:
Post a Comment